Beranda | Artikel
Anakku Ingin Bertaubat
Rabu, 2 November 2022

Saya bingung dengan problem atas anak saya yang sudah kelas 1 SMU . Dia merasa banyak bermaksiat, seperti berdusta, berani sama orang tua bahkan sering meninggalkan shalat. Hal itu membuat anak saya ingin bertaubat dan menjauh dari teman-temannya yang buruk dengan menuntut ilmu di pondok; tapi bapaknya tidak setuju dengan berbagai pertimbangan. Mohon nasehat ustadz.

Ummu Haris karawang 08138363xxxx

Jawab : Masa remaja adalah masa yang khusus bagi perkembangan anak cucu Adam yang –secara umum- sarat dengan emosi dan ingin menonjolkan diri. Nah bila ternyata dalam masa-masa ini anak ibu merasa sudah banyak bermaksiat, seperti berdusta, berani sama orang tua dan sering meninggakan shalat, maka hal ini menunjukkan ia telah menjadi baik; apalagi dengan berkeinginan bertaubat dan menjauhi teman-teman buruknya dengan menuntut ilmu di pondok pesantren.

Yang pertama harus dilakukan sebagai orang tua adalah bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى atas karunia kebaikan ini. Sebab Allah سبحانه وتعالى telah memberinya taufiq untuk sadar dan berkeinginan bertaubat menjadi anak yang baik lagi. Padahal berapa banyak anak remaja yang di masa-masa seperti itu tidak sadar dan melakukan tindakan merusak. Mudah-mudahan dengan syukur ini, Allah سبحانه وتعالى menambahkan lagi karunianya sehingga anak tersebut menjadi anak yang shalih. Ingatlah firman Allah سبحانه وتعالى :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS Ibrahim/14:7)

Rasa syukur ini hendaknya diwujudkan dengan mengakui bahwa semua ini adalah semata-mata karunia Allah dan memuji Allah سبحانه وتعالى . Juga jangan lupa diwujudkan dalam bentuk riildengan membimbing anak tersebut menuju pendidikan yang baik dan terarah. Pendidikan tersebut bisa dilakukan di rumah, di sekolah atau di pondok pesantren yang mendidik anak didiknya dengan ajaran yang benar, yaitu ajaran Islam berdasarkan al-Qur‘an dan sunnah berdasarkan pemahaman para salaf umat ini. Sehingga keinginan anak tersebut masuk pondok pesantren mempunyai nilai lebih yang seharusnya di manfaatkan untuk mendidiknya dengan baik.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa anak remaja sangat membutuhkan benteng agama yang dapat membimbingnya untuk menahan syahwat dan menghalanginya berbuat kenakalan. Oleh karena itu, bila bapaknya keberatan dan tidak setuju, maka perlu diadakan komunikasi atau dialog yang baik untuk mencari titik kesepahaman tentang masalah ini. Musyawarah dan mufakat dalam satu rumah tangga sangat diperlukan dan dianjurkan. Siapa tahu pertimbangan kepala keluarga memang beralasan dan tepat, namun juga tidak mesti pertimbangan tersebut dapat memecahkan permasalahan yang ada.

Nasehat kami kepada ibu dan bapak adalah untuk bertakwa kepada Allah سبحانه وتعالى dengan benar bagi kepentingan anak tersebut. Allah سبحانه وتعالى membebani kita semua untuk memelihara dan mendidik anak serta berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan diri bersama istri dan anak-anak serta keluarga dari api neraka. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah سبحانه وتعالى :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS at-Tahrim/66 :6).

Kemudian juga harus diingat bahwa semua ini merupakan tanggung jawab yang akan dipikul dan dimintai pertanggung-jawaban di akherat nanti, sepertu dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam sabdanya:

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيْرُ  الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ والْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ والعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang penguasa yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawabannya atas yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas mereka. Seorang wanita pun adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. Ia pun akandimintai pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba pun adalah pemimpin atas harta majikannya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas hal iti. Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya (muttafaqun ‘alaihi).

Demikianlah hendaknya semua pertimbangan kembalinya kepada perwujudan tugas mulia memelihara dan mendidik anak kita menjadi anak yang shalih. Jangan sampai mengambil pertimbangan yang salah sehingga menjadikan anak tersebut menjadi fitnah yang menghancurkan kehidupan keluarga.

Berapa banyak keluarga hancur berantakan hanya lantaran keputusan kepala rumah tangga yang keliru dan penuh emosional tanpa mengindahkan petunjuk ilahi. Berapa banyak anak-anak menjadi korban keputusan kepala rumah tangga yang hanya meninjau kehidupan duniawi tanpa melihat implikasi buruk yang muncul darinya. Berapa banyak orang tua yang menyesali kesalahan mereka mendidik atau menempatkan anaknya di pendidikan yang keliru, hingga berakibat anak mereka rusak. Nah sebelum penyesalan dan implikasi buruk muncul, maka hendaknya orang tua bermusyawarah menentukan langkah pembinaan anak-anaknya sejak dini.

Kasus yang ibu sampaikan di sini, kami pandang perlu dikomunikasikan kepada bapak dengan baik dan menyampaikan bahwa keinginan anak tersebut untuk masuk pondok pesantren adalah perkara yang baik dan bagus. Harapannya berbagai halangan yang ada dalam pertimbangan dapat dihilangkan, dengan memandang kemaslahatan sang anak tersebut.

Namun perlu dingat! Jangan sampai salah memilih pondok pesantren yang justru akan menenggelamkan sang anak kepada kemaksiatan yang lebih besar dan dalam lagi. Jangan sampai kalau dulu bermaksiat, tetapi setelah masuk pesantren malah melakukan kebidahan dan kesyirikan.- wal ‘iyadzu billah-.

Pilihlah pondok pesantren yang baik dengan pendidikan yang benar dan bagus.

Akhirnya kami mengajak ibu sekeluarga untuk memohon kepada Allah سبحانه وتعالى petunjuk dan kemudahan dalam mendidik dan memelihara anak-anak kita.

Mudah-mudahan uraian ini dapat membantu memecahkan permasalahan yang ada.

Majalah As-Sunnah edisi 04/Tahun XIII/Rajab 1430H/Juli 2009M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/baituna/anakku-ingin-bertaubat/